Forum & Komunitas ---» Agama Fengshui Humor Internet Kesehatan Konsultasi Dewasa Motivasi Politik Puisi Teka-Teki semua |
Untuk membantu masyarakat, GRATIS Pasang Lowongan/Iklan/Pengumuman di 21.402.573 website sekaligus Silakan pasang Lowongan/iklan/pengumuman (klik disini) di situs-situs berkualitas tsb (Gratis). Edit/Tambah Iklan |
MISTERI PULAU JAWA
KESAN mendalam yang muncul setelah terjadi tsunami, ramalan tentang cuaca yang tidak menentu, serta warning dari Sultan HB X agar masyarakat menjauhi pantai pada 9-10 Februari, mengakibatkan Parangtritis, Parangkusuma, Samas, dan Depok pada malam 1 Sura lalu, menjadi pantai mati
Tentu saja, ini merupakan persoalan menarik. Tradisi dapat berubah karena ancaman bencana. Dan kali ini orang tidak semata-mata menuding bencana yang terjadi dari wilayah Segara Kidul, bersumber dari Ratu Kidul, melainkan badai angin dan gempa tektonik.
Bagi penduduk Tanah Jawa, Segara Kidul itu bukan hanya sebagai wilayah laut untuk kepentingan lingkungan dan kehidupan. Juga mengandung misteri tentang kekuatan alam dan "zona gaib". Meski Tanah Jawa dikelilingi perairan pantai, tetapi yang dianggap sebagai "pesisir" bagi "zona manusia", hanyalah pantai utara (juga timur dan sebagian barat) yang dapat untuk berlabuh, sehingga disebut pesisir. Karena mengandung konsepsi fungsional tentang "pasir" dan "pasar". Adapun pantai selatan dianggap "tlatah Segara Kidul", bagian dari wilayah otoritas laut itu sendiri. Hal itu mungkin didasari oleh kenyataan keadaan pantai dan perairannya. Dari arah laut tiupan angin yang keras mengempas, disertai gelombang dan ombak yang ganas. Sebagian daratannya meski tidak melebihi 1.000 m ketinggiannya. Namun sebagian besar terdiri atas batu karang bertebing tinggi lagi curam, kecuali pada bagian tengahnya yang landai (sekitar Yogyakarta-Cilacap), daerah pantai dari depresi geologis Banyumas. Dengan keadaan pantai demikian, banyak penduduk harus menyabung nyawa untuk melakukan kegiatan di perairan itu. Misteri Segara Kidul dalam kaitan "zona gaib" dapat ditengarai dari kepercayaan dan realitas spiritual penduduk
Tanah Jawa, terhadap pusaran alam gaib yang ditengarai ada dalam wilayah itu. Catatan sejarah tertua yang menunjuk hal itu berasal dari tahun 730 M. Tatkala Sanjaya lari dari daerah Galuh ke Gunung Merapi, dan untuk merebut kekuasaan kembali maka meminta bantuan Ratu Kidul (Rahyangta Kidul). Pada masa berikutnya diperkuat oleh ada tempat pemujaan dan legenda Syeh Bela Belu dan Gagak Aking, yang (di luar Vietnam) sebagai "laut selatan" (nan-yang).
Paduan antara alam yang ganas, zona-gaib dan kepentingan politik, telah menempatkan Ratu Kidul sebagai sentral figur dari seluruh legenda tentang Segara tempatnya tidak jauh dari muara Kali Opak. Secara politik Kidul. Sang Ratu digambarkan perempuan cantik dan anggun, dianggap tokoh abadi yang dihormati, dipuja, sekaligus ditakuti, karena sering juga membawa bencana yang bersumber dari laut.menjadi semakin terkenal, setelah kekaisaran China menyebut Asia Tenggara Berdasar telaah keilmuan, hampir seluruh sumber bencana dari laut selatan berasal dari faktor alam. Apakah siklus edar bulan dan matahari, serta pergeseran tektonik dari dalam bumi, pengaruh lubang ozon dan pencairan es Kutub, maupun kenyataan topografi tanah pantainya. Hal-hal itu yang membawa akibat tekanan udara, angin dan badai, pasang naik air laut, ombak, badai termasuk tsunami.
Seluruhnya memperkuat keganasan pantai selatan. Karena tidak ada penjelasan keilmuan yang memadai, serta tidak berkembangnya pengetahuan tentang kenyataan zona gaib yang memadai, kemudian alam halus dan Ratu Kidul yang menjadi kambing hitam.
Dilihat dari telaah struktur alam halus, Ratu Kidul itu memang ada dan merupakan seorang penguasa dari sebuah empirium politik di alam halus. Namun
penguasa itu tidak mesti perempuan, beberapa ternyata adalah laki-laki. Penguasa kerajaan Segoro Kidul sekarang, adalah raja ke-V, dan seorang laki-laki. Tokoh ini suami dari Ratu Kidul yang legendaris itu.
Kerajaan didirikan sekitar tahun 851 SM, dan dipimpin Sang Hyang Tunggal (851 SM-451 SM). Raja berikutnya Prabu Angin-angin, dan setelah gugur di peperangan diteruskan Dewi Angin-angin. Keduanya memerintah selama 2000 (451
SM-1549 M). Raja keempat Ratu Kenconowungu (1549 M-2003 M). Selama pemerintahannya, Sang Ratu dibantu putranya sebagai Kepala Pemerintahan, yakni Sunan Lawu (Sepuh). Pada 30 Desember 2003, jabatan raja diserahkan kepada Hyang Tunggal. Sedangkan kontrol pada wilayah laut, masih dilakukan oleh Ratu Kenconowungu, dibantu oleh Ratu Mayangsari (Widononggo di Sukuh & Dlepih) untuk wilayah timur; Ratu Kencanasari (di Goa Langse & Pelabuhan Ratu) untuk wilayah barat; Ratu Andarawati (di Tanjungbang ata Pulau Christmas) untuk wilayah laut lepas. Keempat tokoh itu semuanya adalah Ratu Kidul.
Tugas penguasa kerajaan Segoro Kidul semakin berat dengan timbulnya bencana seperti tsunami. Karena tugas untuk memimpin wilayah dan menata kembali kerajaan, juga sudah berat. Kekuasaan kerajaan bukan hanya meliputi pantai selatan Tanah Jawa, melainkan seluruh Asia (dikurangi Persia Barat-Laut Tengah, dan Papua). Ditambah seluruh perairan Samudra Hindia, dan daerah Afrika Selatan seperti Madagaskar, Pulau Hitam dan Tanjung Harapan.
Persoalan utama internal kerajaan, adalah kudeta terhadap wilayah pantai selatan yang dilakukan oleh kemenakan sekaligus murid dari Ratu Kidul Dewi Angin-angin. Kudeta terjadi sekitar abad 12, sehingga pusat kerajaan dipindahkan dari Tanjungbang (Pulau Christmas) ke daerah Kalak (Pacitan). Tahun 1733 M pusat yang baru juga diduduki musuh, dan kemudian dipindahkan ke Gunung Lawu. Hingga sekarang, pusat kerajaan Segara Kidul adalah di Lawu, sedangkan Kalak, Goa Langse, dan Sukuh adalah keputren.
Pusat kekuatan dari kemenakan Dewi Angin-angin, adalah di pantai bagian selatan Pandhan Segege, Alas Krendhawahana, sisi selatan Krakatau, dan daerah Belambangan. Tokoh ini dikenal sebagai Dewi Kalayuwati, yang menjadi sakti setelah menguasai Ilmu Durga dan mengisap kekuatan rembulan sebagai ilmu dari Dajal. Untuk menghimpun kekuatan pasukannya Kalayuwati banyak mengambil orang-orang dari pantai melalui cara mencelakainya atau dengan memberi janji-janji seperti pesugihan. Sementara untuk meningkatkan kemampuan, mengembangkan ritual-ritual tertentu, dengan ciri penggunaan binatang bernyawa, manusia, atau sesaji darah. Kekuatan Kalayuwati yang banyak menelan korban manusia, baru berhasil diatasi pada akhir 2003 setelah
kalah perang dan dieksekusi oleh Malaikat Al-Qadr (penjaga langit ke-3).
Kasus demikian membawa ekses yang kurang baik terhadap citra Ratu Kidul. Gelimang darah dari para pengikut Kalayuwati, sering melahirkan banyak persoalan di alam halus. Sebab mereka sering sekali memanfaatkan
bencana-bencana (alam) untuk kepentingan jaringan mereka, yang pusatnya ada di Mesir. Dalam peristiwa tsunami di Aceh, aktivitas mereka berhasil dipotong Ratu Kidul. Kini mereka sedang berharap, tsunami terjadi di Jawa. Namun bagaimana kemudian? Wallahu a'lam bisshawab.
Aset pulau jawa cuy.......loe orang jawa harus tau sejarahx nyi loro kidul....!!!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar